Translate

Kamis, 19 Desember 2013

7 Tips to Handle our Kids

It is always important to watch your tongue, especially when speaking to your kids. Your words stick to them like glue and are not easily erased. Watch what you say and avoid uttering the following seven things to your child.
Translated and adapted by David Hall from the original article “7 coisas que vocĂȘ nunca deve dizer aos filhos” by Michele Coronetti.

Every parent hopes for the best for their children. Although, occasionally parents are less careful than they should be when it comes to using unkind words.

Over the decades, childraising skills have been examined and reformed. As a result, a slow and sometimes-negative progress has emerged. Controversies have constantly arisen on the subject of how to teach and raise children.

Unfortunately, the vision of child raising tends to change once a parent’s child grows out of her toddler years. Parents often perceive that, had they reacted differently in those moments, they would have felt more successful as a parent.

Here are a few tips:

1. Do not lie. No one likes to convince a child to do something tedious, like taking medicine or studying for a test. Telling them things such as “It won’t hurt,” or other similar lies should not be told to children or teenagers. Remember that you are an example and a model to your children. If you tell lies, they, too, will start to lie.

2. Do not always tell them “yes.” Any responsible man or woman wants what is best for those they care for. Love, however, is not measured in things but rather through limits placed and attention given. However, do not stifle your child’s creativity by abusing the word “no.” Balance and fairness are key.

3. Do not label your children. Just as a sponge sucks up all the water around it, so do children absorb every word you say. He will grow to believe that he really is stupid, obnoxious, fat, ugly or whatever else you tell him. Nobody is perfect.

4. Do not compare. Your child is already trying to acquire only a little of your attention every day. When you compare, using phrases such as, “Your brother is better than you,” “Your friend does this well. Why don’t you?” “Why aren’t you more like Susie, over there?” your children’s egos are damaged. When this happens, low self-esteem and rebellion take root in the souls of just about anyone. This is not only true with children, but teenagers and adults, as well.

5. Do not criticize. As bad as the picture is, albeit an imperfect circle with four or five messy lines jutting out of it, praise their disposition, creativity, incentive and show it to others with pride. Comment on their victories and avoid condemning their study, work, appearance, friends or choices.

6. Do not say things you do not like to hear. This includes swearing, off-color humor, severe scolding, talking bad about others, complaining about everything or anything else that you find downgrading or despicable. There is a saying, “What comes out of your mouth is so loud, that what you say cannot be heard.”

7. Do not place blame. The life of father or mother is not perfect. It, often, leaves us so stressed that we end up passing on the feeling of guilt to our children. If the house is a mess, your child is probably the one responsible and you handle the situation without direct or indirect accusations. Harmony will reign in your home, and your future will be even brighter.

There is an endless amount of things not to be spoken in a home, but there are even more things that should be said. And remember, the most important thing to do, above all is to love your children. With love, the things you say will be naturally more inspiring.

Rabu, 18 Desember 2013

GITA WIRJAWAN ( MR.G )

PEMIMPIN MUDA MASA DEPAN
Biografi Gita Wirjawan
http://1.bp.blogspot.com/-MggCGi19xwY/UpLKYgZyZoI/AAAAAAAABQU/xXLNFYMCgPo/s1600/gita-wirjawan-777197.jpg

Gita Wirjawan. Pria kelahiran Jakarta, 21 September 1965, saat ini berusia 48 tahun. Nama lengkapnya Gita Irawan Wirjawan, putra dari pasangan almarhum Wirjawan Djojosoegito dan Paula Warokka Wirjawan. Almarhum ayahnya sendiri adalah seorang profesor kedokteran di Jogja.
Garis keturunan Gita berasal dari keluarga santri, ningrat, dan terdidik. Kakek Gita Wirjawan, Raden Ngabehi Hadji Minhadjurrahman Djojosoegito adalah ketua Muhammadiyah Cabang Purwokerto, yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur melalui isteri Rois Akbar, yakni Mbah Hasyim Putri dan pendiri Nahdatul Ulama, KH. Hasyim Asyhari.
Merunut dari garis keturunan tersebut, dapat diketahui, secara tidak langsung, bahwaleluhur seorang Gita Wirjawan, adalah memiliki genitas dari keturunan seorang pendiri Nahdlatul Ulama, sebuah organisasi keislaman terbesar di Indonesia.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJmOfMH3kInbxPInX1n1BBPACMH1RT4UacfCI2WPrmvbv8F_AK5q30yDoqlUThlSL4S5cbgpJt2VNrP2w0_2HkL5ktYDfi21pJ1ZjSQO0arUq-369OtBfElniEjRbju-4X_xcA9Kraro7e/s1600/biografi-Gita_Wirjawan1.jpg
Sedangkan Paula Warokka Wirjawan, ibu dari Gita, adalah seorang wanita yang berasal dari daerah Remboken, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, dan memiliki peran penting dalam menemani Wirjawan Djojosoegito membangun keluarga santri.
Ketika pada usia 13 tahun, Gita mengikuti orang tuanya yang ditugaskan ke Bangladesh sebagai wakil pemerintah Indonesia di Badan Kesehatan Dunia (WHO). Dan tiga tahun kemudian, bersama keluarga Wirjawan, Gita pun pindah ke India. Perjalanan mengikuti orangtuanya yang ditugaskan ke luar negeri itu, Gita besar memiliki naluri sebagai abdi negara seperti yang dimiliki ayahnya.
Selain memiliki darah sebagai kepercayaan negara, Gita juga memiliki bakat dan naluri seorang seniman. Itu diperlihatkannya dari kemampuannya memainkan alat musik sejak kecil.
Peran sang ayah sangatlah besar untuk menjadikan Gita memiliki kemampuan memainkan beberapa alat musik. Ayahnyalah yang pertama kali memintanya untukbelajar piano klasik. Awalnya Gita tidak tertarik dengan keinginan ayahnya itu. Namun,desakan bakat seni seperti mengalir di dalam darahnya begitu saja secara alami. Dari itu, kegemaran akan instrumen musik menjadi bagian yang dinikmati Gita dalam bagian hidupnya.
http://us.images.detik.com/content/2013/12/02/4/gita3.jpg
Kini Gita mampu memainkan beberapa alat musik, seperti gitar, biola, saksofon, hingga siter alat petik dalam musik Jawa. Dari semua alat musik yang bisa ia mainkan, gitar melodi adalah favoritnya. Gita sangat mahir bermain musik. Bahkan, terkadang ditengah luangnya, Gita banyak menghabiskan waktunya dengan bermain musik dan olahraga.
Ketika kuliah di Berkeley, Amerika Serikat, Gita mengambil matematika dan musik sebagai mata pelajaran utamanya. Namun, pada tahun keempat di masa perkuliahan, ibunda Gita, khawatir dengan mata kuliah yang menjurus kealiran musik. Kekhawatiran tersebut disebabkan bahwa lulusan sekolah musik tidak akan membuat anaknya mendapatkan pekerjaan yang layak.
Atas kekhwatiran ibunya itu, Gita pada tahun 1992, kemudian mengambil kuliahadministrasi bisnis. Hanya dalam waktu dua tahun, Gita mampu menyelesaikan kuliahnya tersebut dan kemudian menggondol gelar sarjana administrasi bisnis dari Kennedy School of Government, Harvard University, Amerika Serikat.
http://www.bingkaiberita.com/wp-content/uploads/2013/11/gita-wirjawan.jpg
Setelah lulus, ia pulang ke Indonesia dan kemudian berkarier sebagai seorang bankir di Citibank.
Pada tanggal 17 April 1993, Gita Wirjawan menikah dengan Yasmin Stamboel, cucuPahlawan Nasional Otto Iskandardinata. Dari hasil pernikahannya itu, Gita dikarunia 3 (tiga) orang anak, yakni Gian Putra Wirjawan, Gibran Putra Wirjawan, dan Gia Putri Wirjawan.
Pada kurun waktu tahun 1999 sampai dengan tahun 2000, Gita berhasil menamatkan kuliah pasca sarjananya di Harvard, lalu bekerja di Goldman Sachs Singapura hingga tahun 2004. Goldman Sachs adalah sebuah bank yang didirikan oleh Marcus Goldman.
Pada tahun 2005 ia pindah bekerja ke ST Telekomunikasi, Singapura. Di perusahaan tersebut, ia bekerja selama kurang lebih satu tahun sebelum akhirnya berlabuh ke JP Morgan Indonesia.
Dalam tugasnya sebagai Presiden direktur JP Morgan Indonesia, Gita menganalisis akan terjadinya resesi ekonomi di Amerika, yang pengaruhnya akan meluas ke seluruh dunia. Ia berusaha memberitahukan analisisnya tersebut kepada pemerintah, ekonom, serta kalangan pengusaha, namun tidak ada pihak yang mempercayainya, atas dasar estimasi tersebut, maka ia mendesign dengan mendirikan perusahaan investasi dengan mempersiapkan dan mengumpulkan dana untuk membeli saham-saham perusahaan yang diperkirakan akan jatuh terimbas krisis global nantinya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSk1Y_pe8w2OwOaQ2tVAPKVgHy-jGZnXd-ab7iK-lu6dwxlbAJb_XFIDsZgQ8KnpQdygAqXuwvstk8gwvG2VvaxBQJN63ny75OSTb_jCaqGFn-Cb6MQHQcjXWp-onbHhyNJkSqYU_g15w/s1600/Gita+Wirjawan.jpg
Tahun 2008, Gita mewujudkan ambisinya untuk mundur dari JP Morgan dan mendirikan Ancora Capital. Perusahaan barunya ini berfokus pada investasi di sektor energi dan sumber daya alam. Ketegasannya dalam mengorganisir Ancora berbuah manis ketika hanya dalam hitungan bulan, perusahaan ini mengambil alih sebagian saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, PT Bumi Resources Tbk, PT Multi Nitrat Kimia, beberapa perusahaan properti di Jakarta, dan sebuah perusahaan properti di Bali.
Ancora Capital telah berhasil menghimpun dana investasi (private equity fund) dari para investor asal Timur Tengah, Malaysia, dan Brunei yang mencapai 300 juta dollar AS. Private equity fund yang dibentuk Ancora Capital ini merupakan private equity fund pertama yang didirikan dan memenuhi ketentuan syariah (sharia-compliant private equity fund).
Perjalanan karier Gita semakin meroket. Pada 11 November 2009, Gita bergabung dengan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II sebagai Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM). Gita sukses membuktikan kepemimpinannya dengan meningkatnya realisasi investasi, dengan keberhasilannya menggandeng investor asing untuk menanamkan modalnya di negeri ini.
Atas dasar kesuksesannya meningkatkan iklim investasi secara signifikan di Indonesia, selanjutnya pada tahun 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memposisikan Gita sebagai Menteri Perdagangan.
Ketegasan visi yang dimiliknya, membuat Gita menerapkan kebijakan terkait produk-produk impor secara jelas, yakni kebijakan impor adalah kebijakan yang tidak serta merta menyebabkan ketergantungan dan perdagangan adalah fokus yang harus dikerjakannya demi kesejahteraan rakyat.
Meski telah disibukkan oleh aktivitas pemerintahan dan bisnis yang begitu padat, Gita tetap meluangkan waktu untuk bermain musik dan golf yang sangat digemarinya.
Gita menyenangi musik klasik. Dan demi menunjang kegemarannya bermain musiknya itu, maka ia mendirikan Omega Pacific Production. Selain memproduksi album jazz, Gita mengeluarkan album pop, seperti Tompi, Bali Lounge II, dan album Dewi Lestari.
Gita juga mendirikan Ancora Golf, sebuah sekolah golf untuk mencetak para pegolf muda berbakat dengan fasilitas dan biaya hidup yang ditanggung oleh dirinya.
Kegemaran terhadap olahraga juga membuat Gita pada 21 September 2012 bersaing dalam pemilihan ketua umum Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Dan ia pun terpilih menjadi ketua PBSI untuk periode 2012 sampai dengan 2016.
Selain kegemarannya bermain musik dan berolahraga, serta di tengah kesibukannya sebagai menteri perdagangan, Gita juga menyukai kegiatan berorganisasi. Saat ini, Gita juga merupakan ketua umum organisasi kemasyarakatan, yakni Barisan Barindo (Barindo) untuk periode 2013 sampai dengan 2018.
Tidak hanya itu saja, Gita juga dikenal memiliki kepedulian terhadap pendidikan di negeri ini. Bentuk kepeduliannya itu diwujudkannya dengan mendirikan Ancora Foundation, sebuah yayasan yang bergerak di bidang kemanusiaan khususnya pendidikan.
Untuk diketahui, Ancora Foundation sendiri memfokuskan diri pada donasi pendidikan untuk pemuda Indonesia dengan membuat beberapa program beasiswa bagi anak bangsa yang ingin meneruskan kuliah di beberapa universitas ternama di dalam, dan luar negeri.
Orang tua Gita Wirjawan tentunya sangat berbangga, karena telah berhasil melahirkan keturunan-keturunan yang brilian. Selain Gita sendiri, saudaranya seperti Dian Budiman Wirjawan adalah mantan Direktur Utama PT. Danareksa; Wibowo Suseno Wirjawan adalah seorang direktur utama PT. Terminal Peti Kemas Koja dan mantan direktur utama PT. Jakarta International Container Terminal, dan Rianto Ahmadi Djojosoegito yang kini menjabat sebagai wakil presiden PT. Alianz Life Indonesia.
http://www.indonesia-2014.com/sites/default/files/tokoh/gita.jpg
Dalam suksesi Kepemimpinan Nasional di tahun 2014 ini, Gita berkeinginan untuk menunjukkan potensi dan kapasitasnya menjadi calon Presiden Republik Indonesia.Maka, untuk mewujudkan keinginannya itu, Gita pun baru-baru ini, mengikuti konvensiyang digelar Partai Demokrat. Gita termasuk dari beberapa peserta yang mengikuti konvensi sebagai calon Presiden dari Partai Demokrat.
Gita sendiri memiliki pandangan, bahwa pemimpin yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah sosok pemimpin yang bisa membawa kesejahteraan bagi rakyat Indonesia di tengah pusaran demokratisasi dan pluralisasi.
Dengan saat ini rakyat Indonesia berjumlah 250 juta jiwa, maka sepantasnya sejumlah tersebut bukan hanya untuk memilih pemimpin, namun juga untuk dipilih sebagai pemimpin. Karena, semakin banyak yang layak menjadi pemimpin, maka sebuah indikator majunya peradaban bangsa dan menunjukkan semangat demokrasi makin terpatri di jiwa bangsa Indonesia.
http://th09.deviantart.net/fs70/200H/i/2013/155/7/e/capres_muda_ri_2014___gita_wirjawan_by_martinharris-d67t7dz.jpg
Kerangka berpikir Gita tentang pemimpin Indonesia kedepan, tentu saja tampak sekalimemiliki khasanah yang sangat mengapresiasi kearifan lokal untuk kemudian mengantarkannya pada modernitas internasional, termasuk mengorbitkan Indonesia sebagai negara yang dapat menjembatani dua negara yang saat ini menjadi pilar ekonomi terbesar di dunia, yakni Amerika Serikat dan China, dan menjadi defisit soft of power diantara negara-negara Barat dan negara-negara Timur Tengah dengan profesionalisme yang dimiliki serta kemudian dapat mengintegrasi ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan ekonomi demi sebuah political order semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Gita Wirjawan dalam konteks tersebut tentu saja memiliki strategi dalam menuju dan menjadikan Indonesia Jaya melalui empat pilar catur moksa (empat cara keluar dari jurang keterpurukan bangsa), yakni: (1) Penguatan dan pemerataan ekonomi demi kedaulatan perekonomian bangsa; (2) Reformasi di bidang politik, hukum dan strategi pemberantasan korupsi; (3) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi demi menjawab kebutuhan secara umum dan tantangan dunia kerja; (4) serta Memperbaiki dan memelihara kemajemukan bangsa.