PEMAHAMAN DASAR LATAR BELAKANG KEHADIRAN
FINGERPRINT ANALYSIS
Untuk bisa memahami fingerprint analysis, maka tidak bisa
terlepas hubungannya dengan latar belakang tahapan-demi tahapan bagaimana
kronologis beserta keterkaitan logisnya hingga muncul fingerprint analysis ini.
Fingerprint Analysis sebagai tools untuk mengetahui
kepribadian dan kecerdasan seseorang memang termasuk terobosan/inovasi baru.
Beberapa ilmuwan khususnya dari dunia timur seolah lebih antusias melakukan
riset penelitian hubungan antara sidik jari dengan kepribadian dan kecerdasan
ini. Para ilmuwan yang telah melakukan riset mengenai hal ini diantaranya
adalah:
-Zaiguijun, Report on Study of Multivariat Intelligence,
China.I Started to study the
correlation of dermatoglyph (fingerprints and palm patterns) and human
intelligence since 1988. Through 19-year continous efforts, I have established
a preliminary systematic in 1988. Through 19-year continous efforts, I have
established a preeliminary systematic methode for intelligence measurement
through Dermatoglyphic identification. I have succesfully made study,
measurement and sampling of over 40 thousand people in 25 regions of China, and
gradually improved the practice and theory of Multivariate Intelligence
Measurement through Dermatoglyphic Identification passed the Science and
Technology Achievement Appraisal (YKYCZ9212) by Henan Academy of Science on Oct
4, 1992, and also passed the demonstration jointly presided by the Genetics
Society of China, the Working Comittee for Popular Science Activities under
China Psychological Society. Website www.zaiguijun.bokee.com.
-Dr. Mary Lai, Mind Measurement Education Association,
Taipei, Taiwan, will return. She now has English translations of her work and
both English and Chinese software for those who seek to collaborate in her
palmar and plantar dermatoglyphic educational evaluation and human resource
analysis. She, along with Wang Chenxia and another noted below, recently
presented their work at the Sixteenth International Union of Anthropologists
and Ethnologists Societies World Congress at the invitation of the IUAES and
the Chinese Union of Anthropological and Ethnological Sciences,
lectured at the7th Conference of the Chinese Dermatoglyphics Association (a
section of the IUAES) at Yunnan University in Kunming China. She has been
working on her programs of child assessments for over a quarter of a century
and collected prints of thousands of children she and her staff and students
have evaluated in her research and counseling services. Web sitewww.mme.com.tw
. Dean Lai has developed software to work with hardware scanning the palms and
souls of the subjects for
consistent and reliable evaluations.
Juga terdapat beberapa jurnal penelitian:
1. Association between Finger Patterns of Digit II and
Intelligence Quotient Level in Adolescents. Mostaf Najafi, MD, (2009),
Department of Psychiatry, Shahrekord University of Medical Sciences,
Shahrekord, IR Iran. Link:
http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/14053.pdf
2. Quantitative Dermatoglyphic Analysis in Persons with
Superior Intelligence. M. Cezarik, dkk, 1996; link:
http://www.collantropol.hr/_doc/Coll.%20Antropol.%2020%20%281996%29%202:%20413-418.pdf
3. Application and Development of Palmprint Research, Yunyu
Zhou, dkk, (2001), link:
http://ai.pku.edu.cn/aiwebsite/research.files/collected%20papers%20-
%20palmprint/Application%20and%20development%20of%20palm%20print%20research.pdf
4. Analysis of dermatoglyphic signs for definition psychic
functional state of human's organism, Anatoly Bikh,dkk; link:
http://www.foibg.com/ibs_isc/ibs-07/IBS-07-p06.pdf
5. Determining The Association Between Dermatoglyphics And
Schizophrenia By Using Fingerprint Asymmetry Measures; Jen-Feng Wang, dkk; link:
http://www.eng.mu.edu/nagurka
Wang_Determining%20the%20Association_IJPRAI2203_P601.pdf
6. Quantifying the Dermatoglyphic Growth Patterns in Children
through Adolescence; J.K. Schneider, Ph.D.; link:
http://www.ncjrs.gov/pdffiles1/nij/grants/232746.pdf
Kalangan ilmuwan barat bukan berarti tidak tertarik untuk
melakukan riset mengenai sidik jari, namun para ilmuwan barat lebih bersikap
hati-hati dalam melakukannya. Penelitian dilakukan secara parsial sesuai dengan
disiplin ilmu masing-masing. Mengenai perkembangan riset dermatoglyphic:
“Progress in dermatoglyphic research based on proceedings of
an International Conference on Dermatoglyphics, Athens, Greece,September 20-23,
1981” editor, Christos S. Bartsocas.
Francis Galton (1822-1911), the cousin of Sir Charles Darwin,
was a scientist with a wide range of interests covering anthropology, geology,
biology, heredity and eugenics, publishing some 240 written works, including
some fifteen books. He conducted extensive research into the significance of
skin ridge patterns not only to demonstrate their permanence and consequently
their use as a means of identification, but also to demonstrate the hereditary
significance of fingerprints and to show the biological variations of different
fingerprint patterns amongst different racial groups. He collected vast numbers
of fingerprints from all types of people, noting the variations of pattern
types amongst different races and established the relative frequency with which
each pattern type occurred amongst different peoples. His classification of
fingerprint patterns was considerably more simple than that proposed by
Purkinje, delineating only three main types of pattern. He identified the
triradius as being the significant indicator of a fingerprint pattern type and
hence based his classification on the number of triradii to be found within
each pattern.
Istilah Dermatoglyphic sebagai sebutan baru untuk ilmu yang
mempelajari mengenai sidik jari ini (disamping ada istilah lain yakni
Dactyloscopy) justu dikemukakan pertama kali oleh ilmuwan barat yakni Dr.
Harold Cummins dalam bukunya “Fingerprints Palm and Soles”.
Ketertarikan para ilmuwan terhadap fenomena sidik jari ini
dikarenakan:
Ditemukan sidik jari bersifat spesifik individual,
tidak ada sidik jari yang sama diantara manusia di dunia ini. Kemungkinan sama
adalah 1:60 milyar;
Sidik jari bersifat permanen, tidak pernah berubah
sepanjang hayat;
Sidik jari memiliki susunan dan pola yang dapat
diklasifikasikan, artinya bentuknya walaupun tidak ada yang sama tetapi tetap
memiliki pola-pola yang bisa diklasifikasikan, dan tidak acak.
Fakta-fakta mengenai sidik jari ini melatarbelakangi
penelitian para ilmuwan yang tujuannya adalah untuk “Mengetahui ada makna apa
dibalik Sidik Jari ?” dan “Apa yang bisa dimanfaatkan dari pemaknaan sidik jari
tersebut?”
Pada awalnya, karena sidik jari bersifat unik, spesifik dan
individual, maka kalangan forensik menitikberatkan penggunaannya untuk
keperluan verifikasi dan identifikasi. Penggunaan data sidik jari untuk
keperluan verifikasi dan identifikasi cukup akurat dan terbilang sukses karena
hingga saat ini sidik jari masih digunakan banyak pihak untuk keperluan
verifikasi (password, id passport, absensi
dll) dan juga untuk keperluan identifikasi forensik (pelaku
kriminal) oleh pihak kepolisian.
Penelitian dan pengembangan riset kalangan biometrik dan
identifikasi forensik ini lebih menekankan bagaimana menerapkan sistem
pengklasifikasian yang paling akurat untuk sidikjari seseorang. Sistem
pengklasifikasian yang kini dipakai luas adalah, dikenal dengan nama
pengklasifikasian sistem henry. Seiring dengan perkembangan teknologi dan
komputer sistem biometrik, maka kini telah dikembangkan sistem aplikasi sofware
model AFIS, yang cukup canggih sehingga pengklasifikasian bisa berlangsung
cepat dan lebih akurat.
Namun, tidak hanya kalangan biometrik saja yang terus
melakukan riset dan pengembangan dalam tujuan sistem pengklasifikasian sidik
jari ini. Ilmuwan kalangan kedokteran, juga tertarik melakukan penelitian
hubungan sidik jari dengan penyakit (khususnya penyakit genetis), diantaranya
adalah:
- From the mid 1930's onwards, the hand was coming to be
recognised as an important diagnostic aid in the diagnosis of congenital
syndromes such as mongolism. LS Penrose had studied the hands of people with
Down's Syndrome and other conditions of congenital mental defect for many years
and had discovered that the hand revealed particular malformations peculiar to
these conditions. In 1931, he penned an article for The Lancet correlating the
absence of the medial digital crease on the little finger with congenital
mental retardation, research that proved to be but the start of a long and
detailed investigation into the relevance of the hand in the clinical diagnosis
of congenital conditions.
However, the main breakthrough in establishing the
significance of the dermatoglyphic analysis of the hand came with the publication
of the results of the research of Harold Cummins and Charles Midlo in their
seminal work 'Fingerprints Palms and Soles' in 1943.
Unusual dermatoglyphic patterns often relate to genetic
disorders] One study of fetuses with chromosomal abnormalities showed that the
dermatoglyphic patterns were delayed by more than two weeks
Trisomy 21 (Down syndrome): People with Down
syndrome have mainly ulnar loops, and a significantly different angle between
the triradia a, t and d (the 'adt angle'). Other differences often include a
single transverse palmar crease ("Simian line") (in 50%), and
patterns in the hypothenar and interdigital areas, lower ridge counts along
digital midlines, especially in little fingers, which corresponds to finger
shortening in those with Down's syndromeThere is less variation in
dermatoglyphic patterns between people with Down syndrome than between
controls,and dermatoglyphic patterns can be used to determine correlations with
congenital heart defects in individuals with Down syndrome by examining the
left hand digit ridge count minus the right hand digit ridge count, and the
number of ridges on the fifth digit of the left hand.
Turner syndrome: Predominance of whorls, although
the pattern frequency depends on the particular chromosomal abnormality.
47, XXY (Klinefelter's syndrome): Excess of arches
on digit 1, more frequent ulnar loops on digit 2, overall fewer whorls, lower
ridge counts for loops and whorls as compared with controls, and significant
reduction of the total finger ridge count
Trisomy 13 (Patau syndrome): Excess of arches on
fingertips and single transverse palmar creases in 60%.
Trisomy 18 (Edward's syndrome) 6 - 10 arches on
fingertips and single transverse palmar creases in 30%.
Inborn blindness: Initial data points to abnormal
triradius and excess of arches on fingertips Cri du chat (5p-): Excess of
arches on fingertips and single transverse palmar creases in 90%.
Noonan syndrome: Increased frequency of whorls on
fingertips, and the axial triradius t, as in Turner syndrome, is more often in
position t' or t" than in controls. Increased incidence of single
transverse palmar creases.
Astigmatism relation:
Kalangan ahli biologi genetika, menemukan fakta baru mengenai
asal muasal pembentukan pola guratan sidik jari yakni:
-Dermatoglyphics is a part of the biology, containing genetics
and anatomy. Prints include loops and whorls on a finger, a palm and a foot
that form and grow from a germinal layer starting from 13 to 19 weeks ini an
embryo periode. The fingerprint patterns are controlled by chromosomes, and
geneticists have studied and proven that permutation of the prints is
inherited. The number of ridge on a fingerprint is decided by genes, which do
not have dominant effect, rather than enviromental
influence. (sumber:wikipedia)
Dengan demikian, adalah hal yang sangat masuk akal apabila
memang ada hubungannya antara pola guratan sidik jari (yang ternyata adalah
tanda genetis) dengan adanya penyakit (kelainan genetis).
Karena keduanya sama-sama bersifat genetis. Hal ini
sebenarnya telah lama diketahui oleh kalangan kedokteran dimana tanda-tanda
fisik tertentu seringkali mengindikasikan gejala penyakit kelainan genetis
tertentu, misalnya penyakit down syndrom, dimana bisa terlihat dari bentuk
wajah dan tangan penderitanya.
Kalangan kedokteran jiwa (psikiatri) juga mencoba melakukan
penelitian mengenai kondisi retardasi mental dengan sidik jari, diantaranya
sebagaimana yang terangkum dalam adalah:
- Dermatoglyphics in schizophrenia: the relevance of positive
family history, RS Murthy and NN Wig. The British Journal of Psychiatry
- A Dermatoglyphics Study of Autistic Patients, Rothhammer,
F., Pereira, G., Camousseight, A., & Bernardo, M. Dermatoglyphics in
schizo- phrenic patients. Human Heredity, 1971.
Semakin banyak ilmuwan yang terus mengembangkan hubungan
guratan sidik jari ini ke bidang disiplin ilmu lainnya, termasuk kalangan
psikologi yang mencoba mencari korelasi pola guratan sidik jari dengan hubungan
karakter seseorang, diantaranya adalah:
- Charlotte Wolff, a Physician and Psycho-analyst, the author
“The Human Hands” 1942 and “The Hand in Psychological Diagnosis” 1951. Her
collection of famous fingerprints: Marchel Duchamp, Marx Ernst, Man Ray, Ravel,
TS Elliot, Virginia Woolf, George Bernard Shaw, and Aldous Huxley.
Dan kini, beberapa ilmuwan dan praktisi pendidikan mencoba
mencari hubungan sidik jari ini untuk tujuan non-klinis, yakni untuk
pengembangan pendidikan dan potensi sumber daya manusia.
Landasan logisnya sebenarnya adalah sederhana: Jika bisa
diterapkan kepada orang yang sakit, maka tentu juga bisa diterapkan kepada yang
sehat !
Sehubungan dengan perkembangan diatas, berkaitan dengan
kehadiran fingerprint analysis (atau fingeprint test) dengan tujuan yang
berhubungan dengan kepribadian dan kecerdasan adalah sbb:
Fingerprint Analysis adalah sebuah tools semata,
yakni penggunaan data fisiologis berupa sidik jari, yang penggunaan dan
pemanfaatannya tidak hanya sebatas untuk keperluan verifikasi identifikasi
forensik saja.
Fingerprint Analysis dalam pemanfaatannya untuk
keperluan yang berkaitan dengan
kepribadian dan kecerdasan yang saat ini banyak dikembangkan
hanyalah sebuah
pengembangan metode sistem aplikasi yang tujuan utamanya
adalah mencari hubungan
kode genetis sidik jari dengan potensi bawaan lahir seseorang
(genetis). Sistem aplikasi yang disusun berdasarkan metode dan formula tertentu
dimaksudkan sebagai tools interpretator kode genetis sidik jari dengan potensi
bawaan lahir (inborn potentials)
Perumusan metode dan sistem aplikasi fingerprint
analysis sehingga bisa
menginterpretasikan kode genetis sidik jari menjadi potensi
bawaan lahir (inborn potentials) disusun secara seksama didasari referensi
studi literatur, data riset ilmiah dermatolgyphic yang dipublish, serta
diperkuat oleh studi empiris dan riset internal dari pengembang sistem aplikasi
ini.
Karena Fingerprint Analysis adalah sebuah metode
aplikasi terapan, maka Fingerprint Analysis telah dirilis oleh banyak pihak
(provider/developer) yang melakukan pengembangan metode dan piranti lunak
sistem aplikasinya sehingga muncul menjadi berbagai versi.
Fingerprint Analysis yang dikembangkan oleh Psychobiometric
Research adalah salah satu versi aplikasi dan metode dari fingerprint analysis
yang ada didunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar