Translate

Senin, 17 Juni 2013

SEBENARNYA BOLEH GAK NONTON TV

Bunda, sebentar lagi anak - anak akan liburan panjang



budaya main games & berebut remote TV bakal jadi rutinitas selama anak - anak liburan panjang nanti

Alasan Perlu Batasi Anak Nonton TV

Menurut The American Academy of Pediatrics, sebaiknya batasi screen time bagi balita tidak lebih dari 2 (ya, dua!) jam perhari. Batas ini sudah merupakan gabungan semua layar digital ya, Ma. Artinya gabungan waktu menonton TV, DVD, computer tablet maupun layar perangkat video games mereka. Artinya kalau memang hanya 30 menit untuk mandi dan sedikit luluran, Anda bisa bebas dari rasa bersalah!

Meski begitu, riset yang dilakukan oleh Seattle Children’s Research Institute  menemukan bahwa kebanyakan balita memiliki screen time hingga 4 jam sehari. Data ini kemudian dihubungkan dengan meningkatnya kasus anak-anak dengan masalah keterlambatan bicara, perilaku agresif dan obesitas.

Mengingat anak-anak yang hidup di perkotaan di Indonesia pun sudah sangat akrab dengan berbagai layar digital, rasanya hasil penelitian ini juga dapat menjadi peringatan bagi kita semua. Jadi bila Anda butuh melakukan sesuatu lebih dari 2 jam, coret saja deh “babysitter elektronik” dari daftar solusi. Lebih baik, minta saja Papa gantian bermain dengan anak.   

SEBENARNYA BOLEH NGAK NONTON TV ?

Banyak tayangan khusus untuk bayi dan diklaim bisa meningkatkan kecerdasan bayi. Betulkah? Sayangnya, penelitian yang baru-baru ini dipublikasikan dalam Journal of Pediatrics tidak menyetujui klaim para penghibur bayi ini. Menurut Frederic Zimmermandari University of Washington yang menjadi kepala tim peneliti, justru untuk setiap 4 jam yang dilewatkan dalam sehari untuk menonton video dan DVD bayi oleh bayi yang berusia 8-16 bulan, akan mengurangi kemampuan anak memahami 6-8 kata dibanding bayi yang tidak menonton.
   
Masalahnya bukan terletak pada isi video yang sebetulnya cukup bagus, namun pada cara otak bayi berkembang. Otak bayi berkembang dengan sangat sensitif. Karena itu, sangat penting untuk bayi berkembang lewat stimulasi yang interaktif – yang bisa berubah sesuai dengan reaksi anak. Ini hanya bisa disediakan oleh orangtua atau pengasuhnya, bukan oleh TV yang cuma bisa menyediakan tayangan monoton.
   
Kelly Ross, MD, dokter anak dari Missouri yang juga ibu dari anak kembar tiga menegaskan, bayi belajar melalui gerakan dan eksplorasi langsung, bukan lewat pengamatan pasif. Begitu pula menurut Samantha Maplethorpe, MD, dokter keluarga dari Washington yang juga ibu tiga anak. Katanya, TV sebetulnya tidak memberikan keuntungan apa pun dan malah mencuri waktu belajar.
   
Memang sih, jadi ada waktu-waktu tenang jika bayi bisa menonton TV. Ini juga disetujui oleh Leslie Gavin, PhD, psikolog anak dari Florida yang juga ibu empat anak. Namun menurutnya, menonton tetap bukanlah cara belajar yang baik buat bayi kita.
   
Rasanya, mau tak mau kita harus kembali pada saran Academy of American Pediatrics, anak usia 0-2 tahun tidak disarankan menonton sama sekali. Ingat, tidak ada bukti yang jelas bahwa bayi mendapat manfaat dari DVD dan video, tapi ada bukti cukup bayi justru mengalami kerugian. Ini yang harus kita hindarkan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar