Translate

Jumat, 15 Maret 2013

BEBERAPA BUKTI ILMIAH MENGENAI FINGERPRINT ANALYSIS

Silakan dilihat isi link di bawah yang ditulis secara ilmiah berdasarkan data dan fakta :

http://www.facebook.com/notes/ameilia-hernawati/menanggapi-tulisan-tentang-sidik-jari/218623474832657

Berikut isi link tersebut (tanpa mengurangi sumber tulisan dan penulis) :


Menanggapi tulisan tentang Sidik Jari

by Ameilia Hernawati on Wednesday, May 18, 2011 at 6:25pm


Salam, rekan2 sekalian.

Analisa sidik jari jadi bincangan yang ramai ya ^_^



Suami saya -pengusaha software dashboard- kebetulan jadi analyst untuk software analisa sidik jari yg pusatnya di Surabaya (saya nggak bicara produk lho ya). Membaca tulisan Profesor di Sindo, suami saya tersenyum dan mengatakan, “Fingerprint yg aku tahu ndak kayak gitu e. Entah beliaunya yang dapet informasi salah dari pemasar berbual atau beliau yang memang terburu-buru berpendapat."



Yang keberatan saya tag, mohon maaf, monggo silahkan dihapus. ^_^



Berikut adalah tulisan dari suami saya.



-------------------------------------------------------------------------------------------------

Quote:

Maka saya pun browsing semua jurnal Psikologi (hampir seluruh dunia yang berbahasa Inggris) yang bisa diakses oleh mesin searcher dari Asosiasi Psikologi Amerika (APA) dimana saya menjadi salah satu anggotanya.



Hasilnya menakjubkan, sekitar 40.000 tulisan yang mengandung kata “finger print”. Langsung saya cari judul-judul yang kira-kira terkait dengan sidik jari dalam hubungannya dengan bakat, kepribadian, atau kecerdasan anak. Hasilnya: NIHIL!



Tanggapan:

Tidak bisa menemukan di internet bukan berarti riset terkait itu tidak ada. Bisa jadi karena risetnya belum dipublikasikan (secara khusus pada provider jurnal tertentu), bisa jadi dipublikasikan tapi tidak dalam bahasa inggris, atau bisa jadi mencarinya di tempat yang salah.



Berikut beberapa riset yang berkaitan dengan finger print dan kecerdasan yang bisa ditemukan di internet.

Dalam bahasa Rusia:

Fingerprints Help Choosing Job

http://www.russia-ic.com/news/show/8479/

Fingerprints will help choose profession

http://strf.ru/science.aspx?CatalogId=222&d_no=21114



Atau biar gampang, silahkan baca dari sini saja:

http://www.handresearch.com/news/fingerprints-psychological-patterns-personality.htm



Dari Chinese Journal of Anatomy

Research on dermal ridge in students with high intelligence

http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-JPXZ200201023.htm

Dan lain2nya yang juga mengaitkan fingerprint dengan kecerdasan

http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-HNYK198901009.htm

http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-RLXB501.005.htm

http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-RLXB501.005.htm

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15083589



Jurnal yg bahas tentang kaitan pola sidik jari dan kecerdasan, dalam studi amatan kecerdasan musikal

http://books.google.com/books?id=44WZSQAACAAJ&dq=dermatoglyphics&hl=en&ei=RBqqTdvoEZCovQPpn_GeCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=3&ved=0CDMQ6AEwAg



Penting untuk diketahui bahwa dasar analisa sidik jari ini berasal terutama dari wilayah Asia, terutama Cina dan India. Sehingga amatlah wajar manakala penelitian dari wilayah tersebut tidak lantas bisa mudah ditemukan. Jika semisal saja ilmuwan barat mengatakan "Omong kosong herbal dan jamu bisa membuat sehat apalagi menyembuhkan penyakit. Sains belum (mampu) membuktikannya!" apakah lantas Anda memilih untuk percaya atau tidak percaya?



Saya katakan itu pilihan.

Biarlah mereka yg memilih mendasarkan keputusan mereka pada 'riset' untuk tetap seperti itu. Mereka mungkin butuh diyakinkan melalui hasil lab betapa kandungan kimiawi tertentu dari herbal dan jamu bereaksi pada bagian tubuh tertentu. Mereka mungkin juga menunggu adanya riset yg membuktikan betapa ada benang syaraf yg menghubungkan antara otak bagian tertentu di lokasi spesifik tertentu dengan jari tertentu. Bila ada ilmuwan yg mencoba mencari itu, good luck, you're gonna need it :-) karena riset tentang sidik jari dan kecerdasan biasanya tidak dilakukan dengan cara membedah otak manusia, sebagaimana Anda bisa lihat dari tautan2 di atas. Bahkan teori multiple intelligence saja tidak muncul dari cara seperti itu.



Bila lantas ada yg memilih bersikeras untuk tidak bersepakat, ya ndak papa. Ketika orang memilih untuk tetap menggunakan jamu meskipun sains belum bisa membuktikan, ya ndak mengapa.



Saya pikir apa yang menjadikan analisa sidik jari jadi cemoohan beberapa pihak adalah sebagai berikut:

1. Harganya yang ampun ampun mahal. Coba deh, kalau murah apa masih dipermasalahkan :-)

2. Salah tangkap informasi dari sang pelanggan atau siapapun itu yang lantas ramai berkumandang.

3. Klaim yang sangat berlebihan dari pemasar, entah karena dia sendiri yang belum paham atau memang sengaja berbual. 

Saya ingin bicara tentang klaim berlebihan.



Quote:

Luar biasa kalau test itu benar. Kalau seorang ibu sudah mengetahui seluruh “rahasia” kepribadian anaknya melalui sidik jari anak, maka dia tinggal ongkang-ongkang kaki dan dia hanya perlu mengatur anaknya sesuai dengan petunjuk hasil test Sidik Jari, dan anaknya akan menjadi orang yang pandai, jujur, kreatif, berbakti pada orangtua, beriman, bertakwa, saleh/salehah. Lebih senang lagi anggota Densus88. Tidak perlu berpayah-payah lagi mereka. Cukup dengan memeriksa sidik jari, mereka bisa mengidentifikasi pembom bunuh diri menangkapnya dan memasukkannya ke penjara.



Kalau apa yang disampaikan oleh Pak Prof tersebut memang benar2 dikatakan oleh pemasar produk sidik jari, apalagi sampai bilang fingerprint bisa baca tingkat kesholehan seseorang, mari kita tendang orang itu beramai-ramai. Biar ntar saya duluan.



Analisa sidik jari bukanlah ramalan! Analisa sidik jari tidaklah melakukan pembacaan atas masa depan seseorang. Justru yang disajikan oleh analisa sidik jari adalah bacaan dari bentukan masa lalu, yakni faktor genetis (nature) seseorang, sejak dia berada dalam kandungan. Hasil analisa sidik jari tidaklah menjadi jaminan sukses seseorang. Untuk bisa sukses, seseorang harus mengalami pengasuhan (nurture), pengondisian, dan penggemblengan diri yang baik. Apa yang lantas diberikan oleh analisa sidik jari adalah informasi yang bisa dijadikan dasar penggemblengan itu, di antara sekian sumber informasi yang lain.



Sehingga lebih tepatnya, analisa sidik jari merupakan metode “pembacaan”, yakni pembacaan potensi seseorang. Dari hasil bacaan kita bisa mengatakan semisal seperti ini: “Berdasarkan hasil bacaanmu yang menyatakan bahwa dirimu adalah pembelajar kinestetik, maka kamu akan berpotensi sukses manakala kamu belajar dengan cara mengalami dan berinteraksi, dst dst…” Kita tidaklah meramal masa depan yang bersangkutan, namun kita tunjukkan betapa potensi dia untuk sukses jadi amat besar secara signifikan manakala dia menggunakan informasi analisa potensi dia di saat ini untuk membangun masa depannya. Namun apakah dia bisa sukses? Ya belum tentu.



Analisa sidik jari bukanlah ramalan nasib. Analisa sidik jari melakukan identifikasi bakat genetis; namun untuk bisa sukses, faktornya sudah pasti bukan hanya dari bakat. Hasil analisa sidik jari tidak lantas menunjukkan betapa seseorang nanti bisa menjadi cerdas, jujur, berbakti pada kedua orang tuanya, bertaqwa, dan sholeh. Itu adalah klaim yang sangat keterlaluan.



Dan ini yang penting: hasil analisa sidik jari tidak dimaksudkan untuk melalaikan orang tua dari monitoring minat dan pengondisian lingkungan asuh. Orang tua tidak sebaiknya mendasarkan hasil analisa sidik jari sebagai satu-satunya acuan pengetahuan untuk memahami anak. Orang tua harus membuka hati dan perhatian; analisa sidik jari sekedar mengambil peran pembuka, untuk membantu orang tua bisa lebih memahami tipikal dan bakat anak-anaknya.



Untuk bakat yang anak kuat di sana, maka orang tua bisa mengkapitalkannya. Untuk bakat yang lemah, orang tua tidak perlu terlalu ngoyo di sana; karena selain amatlah susah dan mahal untuk menginvestasikan pengembangan kompetensi yang bukan bakat, si anak juga tidak akan berbahagia ketika dipaksa melakukan sesuatu atau bahkan menjadi ahli di bidang-bidang yang dia tidak punya atau miskin bakat di sana.



Berikut ini paling tidak manfaat realistis dari analisa sidik jari:

1. Membuat siswa merasa lebih percaya diri atas diri mereka sendiri dengan pengetahuan mereka tentang bakat terbesar dan potensi yang bisa digali dari sana.

2. Membuat mereka lebih menyukai diri mereka sendiri, muncul penghargaan, apresiasi, dan rasa syukur, yang ini bisa menumbuhkan rasa pede untuk berkembang secara mandiri, sehingga mereka menjadi lebih mampu untuk menggerakkan diri sendiri alih-alih menunggu arahan dari luar.

3. Membantu siswa untuk bisa lebih berani memilih, atau merasa mantap dengan pilihannya sendiri.

4. Membantu sang anak dalam memilih penjurusan yang sesuai dengan bakatnya. Meskipun minat sangatlah penting, rekomendasi yang didasarkan pada bakat membantu anak untuk bisa memilih jurusan yang betul-betul bisa membuatnya nyaman alih-alih memilih sekedar berdasarkan paksaan dan pengaruh orang lain yang tidak sesuai dengan batin dirinya.





Anda bisa lihat, di sana belum bicara tentang kondisi masa depan. Sama seperti THE SECRET yang dalam konsepnya mengharuskan kita untuk tidak sekedar menginginkan secara nyata, tapi juga bertindak secara nyata. Analisa sidik jari tidak lantas melingkupi aspek tindakan. Itu sudah ranah yang berbeda, ranahnya orang tua, guru, dan seterusnya.



Lha lantas kalau memang tidak bisa meramal sukses dan sekedar mengetahui aspek nature (bakat) dan tidaklah nurture (pola pembinaan dst), lantas buat apa membayar mahal-mahal?



Lha iya, emang ndak perlu mbayar mahal seharusnya. Kalau memang maksud dan manfaatnya baik, maka harusnya jangan dieksklusifkan sedemikian rupa. Anak-anak yang kurang beruntung (kurang mampu dsb) harus juga punya kesempatan untuk bisa lebih diberdayakan dari bacaan analisa sidik jari ini.



Bagaimana kaitan antara pembacaan bakat ini dengan minat?



Penting dipahami: analisa sidik jari hanya dimaksudkan untuk membaca bakat seseorang, yakni dia terlahir dengan kemampuan apa. Namun analisa ini TIDAK BISA membaca minat. Karena minat bukanlah bawaan dari lahir. Faktanya sidik jari sudah terbentuk sejak kita di dalam kandungan. Kalau ada yang ngaku bisa membaca minat dan pengasuhan dari sidik jari, kita tendang lagi aja orang itu.



Lantas bukankah untuk bisa sukses yang lebih penting itu minat daripada bakat?



Itu pendapat. Maka silahkan jika ada yang berpendapat semacam demikian. Yang jelas orang dan lembaga berikut tidak berpendapat demikian. Silahkan dibrowse kalau ada waktu.

* Doug Rath from Talent Plus, educational psychology expert.

* Dr. Joseph A. Michelli, best-selling business books author

* Marcus Buckingham, motivational speaker, trainer, public leader, researcher and author. Yang ini bukunya sudah diterbitkan di Indonesia.

* HRM Singapore





Prinsip mereka:



Prestasi = Bakat x Investasi



Bakat, bukan minat.





Silahkan lihat film ‘3 Idiots’ yang luar biasa itu. Film ini menggambarkan betapa pentingnya kita berkembang berdasarkan bakat-bakat terbesar kita dan untuk mengarahkan minat kita berdasarkan bakat tersebut. Bisakah kita menjadi apapun yang kita mau dengan mendasarkan minat dan mengabaikan bakat? BISA, tapi SUSAH dan TIDAK BAHAGIA. Faktanya, mereka yg hanya mendasarkan minat dengan bakat yg payah, dia tak akan bisa mencapai prestasi istimewa di atas rata-rata. Dan sekali lagi, dia tidak bahagia dalam menjalaninya.



Kita gunakan analisa sidik jari untuk membantu seseorang menemukan bakatnya. Dan di dalam bakatnya itu lah seseorang bisa merasakan nikmat karena meminatinya. Dan dari situ lah kemudian dia jadi pribadi yang lebih percaya diri dan juga lebih berbahagia atas pilihan-pilihannya.



Kalau memang tujuannya sekedar membaca bakat, berarti tidak harus dengan sidik jari dong?



Lha iya, memang tidak harus. Apapun yang baik ya harus diberdayakan untuk membuat kita bisa lebih memahami anak atau bahkan memahami diri kita sendiri. Dan apapun, itu semua tidak boleh membuat orang tua jadi berlepas tangan dan leha-leha. Analisa sidik jari dan analisa apapun deh dimaksudkan untuk membuat orang tua jadi lebih efektif dan efisien dalam mengasuh putra putrinya.



Akhmad Guntar

http://akhmadguntar.com/tentang-guntar

http://www.researchgate.net/profile/Akhmad_Guntar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar