Tips
Mencari Sekolah Ideal
Tentunya orang tua berharap sekolah yang
dipilih akan mampu menjadi tempat mengembangkan kemampuan anak secara optimal.
Berikut ini, penulis mencoba memberikan tips bagaimana mencari sekolah yang
ideal atau tepat bagi anak-anak.
Libatkan anak ketika memilih sekolah.
Seharusnya selalu disadari dan dipahami oleh orang tua, bahwa yang nantinya sekolah adalah anak, bukan mereka. Maka, melibatkan anak dalam memilih sekolah merupakan langkah penting, meskipun usia
prasekolah. Orang tua jangan menganggap remeh kemampuan anak, karena pada saat usia pra sekolah anak mengalami perkembangan fisik dan mental yang sangat pesat.
Seharusnya selalu disadari dan dipahami oleh orang tua, bahwa yang nantinya sekolah adalah anak, bukan mereka. Maka, melibatkan anak dalam memilih sekolah merupakan langkah penting, meskipun usia
prasekolah. Orang tua jangan menganggap remeh kemampuan anak, karena pada saat usia pra sekolah anak mengalami perkembangan fisik dan mental yang sangat pesat.
Dalam buku Magic Trees
of Mind, Marianne Diamond menggambarkan, perkembangan kemampuan matematika dan
intelegensia ruang pada anak diperkirakan dimulai pada usia satu tahun.
Kemampuan bahasa anak malah sudah dimulai sejak masih dalam kandungan. Ini
berarti, daya nalar dan logika anak pada saat akan memasuki sekolah dasar (6
tahun) sudah berkembang baik.
Tinggal bagaimana
orang tua merangsang kemampuan anaknya. Kondisikan agar proses mencari sekolah
dasar tidak menjadi beban berat bagi si anak melainkan menjadi proses belajar
yang menyenangkan. Bagaimana jika ternyata pilihan anak jatuh pada sekolah yang
menurut orangtua kurang sesuai? Di sinilah peran orang tua diperlukan.
Pada saat orang tua
telah membuat pilihan sekolah mana yang akan dimasuki anak nanti, buatlah
kesepakatan sukarela dengan anak bahwa sekolah yang akan dimasuki adalah murni
pilihan anak. Dengan demikian anak akan merasa bangga karena diberi kesempatan
melakukan hal yang penting. Di sisi lain anak akan lebih bertanggung jawab
karena merasa sekolah yang dimasukinya adalah pilihannya sendiri.
Ketahuilah visi dan misinya.
Banyak ahli yang mengingatkan tentang pentingnya aspek visi dan misi pendidikan yang disandang suatu sekolah. Sekolah yang memiliki kualitas baik tentu saja memiliki visi dan misi yang jelas, terukur dan realistis. Untuk dapat mengetahui visi-misi sekolah yang diinginkan, dapat dilihat di buku profil, brosur, papan nama atau media publikasi yang digunakan oleh sekolah tersebut. Dari visi dan misi yang dipaparkan dapat terlihat bagaimana orientasi tujuan dan profil output yang akan dihasilkan.
Banyak ahli yang mengingatkan tentang pentingnya aspek visi dan misi pendidikan yang disandang suatu sekolah. Sekolah yang memiliki kualitas baik tentu saja memiliki visi dan misi yang jelas, terukur dan realistis. Untuk dapat mengetahui visi-misi sekolah yang diinginkan, dapat dilihat di buku profil, brosur, papan nama atau media publikasi yang digunakan oleh sekolah tersebut. Dari visi dan misi yang dipaparkan dapat terlihat bagaimana orientasi tujuan dan profil output yang akan dihasilkan.
Pernyataan visi dan
misi ini dapat dipotret dari beberapa aspek, antara lain aspek keagamaan,
akademis, mental, perilaku, kecakapan hidup, kemandirian dan kewirausahaan.
Seperti yang sudah terungkap di muka, orang tua saat ini masih memandang aspek
akademis menjadi pertimbangan pertama dalam memilih sekolah. Maka, tidak heran
jika banyak orang tua yang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan sekolah
dengan prestasi akademik tinggi.
Pihak sekolah pun akan
melakukan seleksi ketat terhadap calon siswanya. Hanya siswa yang memiliki IQ
tinggi yang dapat diterima di sekolah yang bersangkutan. Dari kasus ini,
Penulis jadi tergelitik, sebenarnya yang unggul sekolah atau siswanya. Sangat
masuk logika, jika sekolah yang hanya menerima input baik-baik saja, kemudian
out putnya juga baik.
Oleh sebab itu, orang
tua seharusnya tidak lagi terjebak pada istilah-istilah sekolah favourit,
unggulan, plus dan lain-lain. Padahal yang dikembangkan hanya pada aspek
kognitif saja atau academic minded. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu
menggali, mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh potensi (baca: kecerdasan
majemuk) peserta didiknya.
Porsi Pendidikan Agama.
Di era sekarang ini, dimana banyak kasus yang menimpa generasi penerus kita termasuk dalam hal ini para pelajar, mulai dari kasus tawuran, narkotika, pergaulan bebas dan perbuatan menuyimpang lainnya, maka peran pendidikan agama menjadi sangat signifikan terutama dalam membentuk kharakter dan perilaku siswa.
Di era sekarang ini, dimana banyak kasus yang menimpa generasi penerus kita termasuk dalam hal ini para pelajar, mulai dari kasus tawuran, narkotika, pergaulan bebas dan perbuatan menuyimpang lainnya, maka peran pendidikan agama menjadi sangat signifikan terutama dalam membentuk kharakter dan perilaku siswa.
Penulis berpendapat
bahwa, pendidikan moral tertinggi terletak di dalam doktrin-doktrin agama yang
diyakini seseorang. Melalui pendidikan agama yang cukup, diharapkan para
peserta didik akan muncul kesadaran dan pemahaman yang benar mengenai tugas,
peran dan tanggung jawabnya sebagai hamba Tuhan, anak, siswa dan anggota
masyarakat. Sebagai implementasinya, anak mampu menghargai orang lain dengan
segala perbedaan serta mampu memilah dan memilih kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat dan tidak.
Oleh karena itu, porsi
pendidikan agama yang diterapkan oleh suatu sekolah hendaknuya menjadi bahan
pertimbangan penting orang tua dan anak dalam memilih sekolah. Barangkali, jika
kita ingin mendapatkan pendidikan agama yang lebih di sekolah negeri, nampaknya
sulit diwujudkan. Pasalnya, sesuai aturan yang berlaku, sekolah-sekolah negeri
hanya menerapkan 2 (dua) jam pelajaran agama dalam sepekan, kecuali inisiatif
pihak sekolah untuk mengadakan jam tambahan.
Mungkin dari sini,
sekolah-sekolah swasta yang berbasiskan agama dapat menjadi solusinya. Sekolah
ini jelas-jelas memberikan porsi lebih banyak untuk pendidikan agama, bahkan
sudah dipadukan dengan mata pelajaran lain, sehingga terdapat internalisasi
nilai-nilai agama di setiap bahan ajar. Apalagi di jenjang pendidikan dasar,
ibaratnya sebagai momentum peletakan pondasi bangunan kepribadian dan
pengoptimalan seluruh potensi siswa. Maka, agama menjadi komponen paling
penting dalam membentuk dan membangun kharakter
siswa.
siswa.
Kurikulum pembelajaran.
Kurikulum bisa dikatakan sebagai jantungnya pendidikan. Dikarenakan di dalamnya berisi tentang perencanaan pembelajaran yang menyangkut semua kegiatan yang dilakukan dan dialami peserta didik dalam perkembangan, baik formal maupun informal guna mencapai tujuan pendidikan. Walaupun penerapan kurikulum ini sudah diatur dan diseragamkan dari pusat, tetapi pihak penyelenggara pendidikan dapat melakukan modifikasi-modifikasi disesuaikan dengan kondisi sekolah, lingkungan, dan kebutuhan masyarakat.
Kurikulum bisa dikatakan sebagai jantungnya pendidikan. Dikarenakan di dalamnya berisi tentang perencanaan pembelajaran yang menyangkut semua kegiatan yang dilakukan dan dialami peserta didik dalam perkembangan, baik formal maupun informal guna mencapai tujuan pendidikan. Walaupun penerapan kurikulum ini sudah diatur dan diseragamkan dari pusat, tetapi pihak penyelenggara pendidikan dapat melakukan modifikasi-modifikasi disesuaikan dengan kondisi sekolah, lingkungan, dan kebutuhan masyarakat.
Dalam kebijakan
kurikulum terbaru, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sangat
memberikan keleluasaan kepada pihak sekolah (negeri maupun swasta) untuk
berkreasi dan berinovasi selama masih mengacu kepada standar kompetensi yang
ditentukan.
Maka, sangat
dimungkinkan akan terjadi kompetisi di antara sekolah-sekolah, tentang
bagaimana menampilkan profil sekolah dan keunggulan- keunggulannya dalam hal
muatan materi pembelajaran dan kegiatan sekolah. Oleh karena itu, orang tua dan
calon siswa harus benar-benar jeli dan teliti dalam memilih sekolah terutama
pertimbangan dari sisi kurikulum yang diterapkan sekolah tersebut.
Kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah juga perlu dicermati, apakah
dimungkinkan dapat mengoptimalkan bakat dan
potensi peserta didik.
potensi peserta didik.
Profil Pendidik.
Keberhasilan dari proses dan hasil output pendidikan tidak dapat dilepaskan dari andil guru. Boleh dikatakan guru sebagai ujung tombak pendidikan untuk mencetak dan mengkader generasi penerus yang didambakan. Apalah artinya kurikulum yang ideal jika tidak didukung oleh pelaksananya, yaitu sumber daya manusia yang cakap.
Keberhasilan dari proses dan hasil output pendidikan tidak dapat dilepaskan dari andil guru. Boleh dikatakan guru sebagai ujung tombak pendidikan untuk mencetak dan mengkader generasi penerus yang didambakan. Apalah artinya kurikulum yang ideal jika tidak didukung oleh pelaksananya, yaitu sumber daya manusia yang cakap.
Maka tidak heran, jika
pemerintah terus-menerus berusaha meningkatkan kompetensi guru melalui berbagai
program, mulai dari penataran-penataran, beasiswa pendidikan dan sertifikasi
guru.
Raka Joni (1980)
mengemukakan adanya tiga dimensi umum yang menjadi kompetensi tenaga
kependidikan, antara lain:
(1) Kompetensi personal atau pribadi,
maksudnya seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap yang patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
maksudnya seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap yang patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran : ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
(2) kompetensi profesional,
maksudnya seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.
maksudnya seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.
(3) Kompetensi kemasyarakatan,
artinya seorang guru harus mampu berkomunikasi baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat
luas. Mungkin secara sederhana, ketika kita mengamati profil guru sebuah sekolah, bisa dilihat dari riwayat pendidikan, pengalaman mengajar, prestasi, penampilan, sikap dan gaya mengajar apabila dimungkinkan.
artinya seorang guru harus mampu berkomunikasi baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat
luas. Mungkin secara sederhana, ketika kita mengamati profil guru sebuah sekolah, bisa dilihat dari riwayat pendidikan, pengalaman mengajar, prestasi, penampilan, sikap dan gaya mengajar apabila dimungkinkan.
Gedung dan fasilitas.
Komponen pendidikan yang tidak kalah pentingnya adalah sarana dan prasarana yang mendukung. Mulai dari bangunan fisik, ruang kelas, taman, perpustakaan, laboratorium, sarana olah raga dan kesenian, arena bermain, kantin, perlengkapan kelas, sampai dengan alat peraga edukasi yang dimiliki. Seiring dengan kemajuan bidang informasi dan teknologi, nampaknya bukan hal yang baru sebuah sekolah memiliki fasilitas akses jaringan internet dan website sendiri, dimana setiap
stake holders dapat berinteraksi dan berkomunikasi di dunia maya.
Komponen pendidikan yang tidak kalah pentingnya adalah sarana dan prasarana yang mendukung. Mulai dari bangunan fisik, ruang kelas, taman, perpustakaan, laboratorium, sarana olah raga dan kesenian, arena bermain, kantin, perlengkapan kelas, sampai dengan alat peraga edukasi yang dimiliki. Seiring dengan kemajuan bidang informasi dan teknologi, nampaknya bukan hal yang baru sebuah sekolah memiliki fasilitas akses jaringan internet dan website sendiri, dimana setiap
stake holders dapat berinteraksi dan berkomunikasi di dunia maya.
Hal ini, akan sangat
membantu bagi orang tua untuk memantau perkembangan putra-putrinya secara cepat
tanpa harus secara fisik datang ke sekolah. Dengan didukung sarana dan
prasarana yang baik, diharapkan semua peserta didik dapat belajar secara enjoy,
nyaman, dan betah. Sekolah diibaratkan sebagai rumah kedua bagi anak-anak,
sehingga sekolah yang baik mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan siswa. Hal
yang perlu diperhatikan juga mengenai rasio jumlah siswa dengan luas ruangan
kelas serta fasilitas pembelajaran yang lain.
Lokasi sekolah dan lingkungan.
Lokasi yang dimaksud dapat dipandang dari jarak sekolah ke rumah, lingkungan sekitar dan sarana transportasinya. Bisa dibayangkan seorang anak harus bangun pagi-pagi sekali karena letak sekolahnya jauh. Tentu ia pulang dalam keadaan lelah karena jarak yang ditempuhnya memakan waktu yang lama. Belum lagi jika terjadi kemacetan lalu lintas, bisa dimungkinkan sering terlambat pulang
maupun masuk sekolahnya.
Lokasi yang dimaksud dapat dipandang dari jarak sekolah ke rumah, lingkungan sekitar dan sarana transportasinya. Bisa dibayangkan seorang anak harus bangun pagi-pagi sekali karena letak sekolahnya jauh. Tentu ia pulang dalam keadaan lelah karena jarak yang ditempuhnya memakan waktu yang lama. Belum lagi jika terjadi kemacetan lalu lintas, bisa dimungkinkan sering terlambat pulang
maupun masuk sekolahnya.
Lalu kapan ia bisa
belajar di rumah dengan nyaman? Bagaimana ia bisa mengembangkan interaksi
dengan anggota keluarga lain di rumahnya? Maka, faktor lokasi dan lingkungan
ini hendaknya diperhatikan oleh orang tua dan anak itu sendiri dalam menentukan
sekolah pilihannya. Perlu dipikirkan juga mengenai sekolah yang berlokasi di
pusat perkotaan atau keramaian dan yang berada di pinggiran atau lebih dekat
dengan suasana alam, semua memiliki plus-minus-nya.
Biaya pendidikan.
Barangkali bagi sebagian kalangan, faktor biaya ini menjadi pertimbangan paling utama dalam memutuskan sekolah yang dipilih, terutama bagi masyarakat yang secara ekonomi kelas menengah ke bawah. Biaya pendidikan yang ditarik pihak sekolah secara umum terdiri iuran SPP, bantuan pembangunan/gedung, seragam, buku, praktikum dan kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah-sekolah yang dianggap favourit, unggul maupun plus biasanya juga akan memasang biaya pendidikan yang tidak murah.
Barangkali bagi sebagian kalangan, faktor biaya ini menjadi pertimbangan paling utama dalam memutuskan sekolah yang dipilih, terutama bagi masyarakat yang secara ekonomi kelas menengah ke bawah. Biaya pendidikan yang ditarik pihak sekolah secara umum terdiri iuran SPP, bantuan pembangunan/gedung, seragam, buku, praktikum dan kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah-sekolah yang dianggap favourit, unggul maupun plus biasanya juga akan memasang biaya pendidikan yang tidak murah.
Hal ini berkaitan
dengan fasilitas pembelajaran dan program-program unggulan yang ditawarkan.
Namun yang perlu diingat bahwa, tingginya biaya pendidikan yang diterapkan
pihak sekolah hendaknya diikuti juga dengan pelayanan pendidikan yang
berkualitas. Oleh karena itu, sebelum menentukan pilihan sekolah, orang tua
diharapkan sudah mampu
mengukur kemampuan secara ekonomi tentang biaya pendidikan yang harus dikeluarkan termasuk anggaran lain di luar program sekolah, seperti uang saku, transportasi, perlengkapan sekolah dan lain-lain.
mengukur kemampuan secara ekonomi tentang biaya pendidikan yang harus dikeluarkan termasuk anggaran lain di luar program sekolah, seperti uang saku, transportasi, perlengkapan sekolah dan lain-lain.
Ketertiban dan kebersihan sekolah.
Kondisi sekolah yang nyaman, teduh, tenang, tertib dan lingkungan yang bersih tentu saja akan mendukung suasana proses pembelajaran. Berbeda dengan suasana sekolah yang terkesan kumuh, gersang, gaduh, penempatan perabot sekolah yang semrawut, dan tidak ada kedisiplinan yang diterapkan, maka proses belajar mengajar akan banyak terganggu dan kurang optimal hasilnya. Kata kuncinya, siswa di sekolah harus merasa senang dan betah seperti ketika berada di rumahnya sendiri
(feels like second home).
Kondisi sekolah yang nyaman, teduh, tenang, tertib dan lingkungan yang bersih tentu saja akan mendukung suasana proses pembelajaran. Berbeda dengan suasana sekolah yang terkesan kumuh, gersang, gaduh, penempatan perabot sekolah yang semrawut, dan tidak ada kedisiplinan yang diterapkan, maka proses belajar mengajar akan banyak terganggu dan kurang optimal hasilnya. Kata kuncinya, siswa di sekolah harus merasa senang dan betah seperti ketika berada di rumahnya sendiri
(feels like second home).
Lihat prestasi dan keberhasilan alumninya.
Kriteria yang tidak boleh ditinggalkan dalam memilih sekolah yang ideal adalah prestasi dan profil output-nya. Sekolah yang baik, selain unggul di dalam proses, juga unggul pada hasilnya. Seperti telah diurakaikan di muka, yang disebut prestasi tidak hanya secara akademik, tetapi juga non akademik baik siswa, guru maupun institusinya.
Kriteria yang tidak boleh ditinggalkan dalam memilih sekolah yang ideal adalah prestasi dan profil output-nya. Sekolah yang baik, selain unggul di dalam proses, juga unggul pada hasilnya. Seperti telah diurakaikan di muka, yang disebut prestasi tidak hanya secara akademik, tetapi juga non akademik baik siswa, guru maupun institusinya.
Bagaimana perkembangan
bakat dan potensinya, sikap, perilaku, kemandirian, keterampilan dan keahlian
lain yang mendukung. Sedangkan Keberhasilan alumni dapat diukur dari lulusan
sekolah dapat diterima di sekolah lanjutan yang kualitasnya baik serta memiliki
life skill yang cukup untuk mampu eksis di tengah masyarakat.
Dari paparan di atas,
semoga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi orang tua dan anak di tengah
euforia kebingungan mencari sekolah yang ideal. Terlebih-lebih dengan
diterapkannya sistem penerimaan siswa baru (PSB) on line yang masih
mengedepankan nilai akademik (ujian nasional) di dalam proses seleksinya. Hal
ini, tentu saja membuat keresahan dan kepanikan tersendiri terutama bagi yang
nilainya di bawah atau pas-pasan.
Penulis berharap,
kedepan sistem seleksi penerimaan siswa baru yang sekarang ini berlaku perlu
dikaji secara mendalam, bukan komponen IT-nya (sistem on line), tetapi kriteria
yang dijadikan alat penerimaan, yaitu hanya nilai ujian nasional. Oleh karenanya,
pihak sekolah sendiri secara otonom yang dapat menentukan kriteria penerimaan
siswa baru di tempatnya, semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar