Translate

Senin, 16 Juli 2012

Kajian Ilmiah Fingerprint Analysis

Banyak pihak yang bertanya, apakah analisa sidik jari dan kaitannya dengan otak ada riset ilmiahnya? tentu saja ada dan kita sebenarnya bisa mencari sendiri melalui google dengan tehnik pencarian yang lebih detail. 

Namun yang lebih penting lagi adalah silahkan dibuktikan sendiri akurasi analisa sidik jari anda dari repot/laporan yang kami berikan.

Berikut adalah rangkuman riset-riset yang telah dilakukan untuk meneliti korelasi antara sidik jari dan otak terutama dalam kaitannya dengan kecerdasan.

1. Hasil Riset independen pakar psikometrik dan personaliti Prof.Dr.M Zin Nordin (pakar psikometrik), DR. Mohd.Suhaimi Mohammad (pakar personaliti) dan DR Wan Shahrazad Wan Sulaiman menyimpulkan bahwa dalam pengujian inventori menunjukan reliabilitas yang BAIK dan TINGGI dengan koefisien alfa 0,849 dan 2. Didapati korelasi yang signifikan antara hasil test dengan alat test lain (simulasi aktivitas permainan tundra) menggunakan uji statistik khi kuadrat. . Penelitian oleh ilmuwan China, Liu Hongzhen, bisa dibaca di http://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-ZGTY199902008.htm



3. Menurut Dr Syailendra WS. SpKJ, Pola sidik jari terbentuk sejak janin dalam kandungan usia 13 minggu – 19 minggu. Pola sidik jari juga bersifat herediter (diturunkan) dari orang tuanya. Pola sidik jari dipengaruhi oleh DNA seseorang. Pada th 1986, telah dilakukan penelitian oleh Dr. Rita Levi Montalcini dan Dr Stanley Cohen, tentang adanya korelasi antara Nerve Growth Factor (NGF) dan Epidermal Growth Factor (EGF). Pada penelitian ini ditemukan korelasi antara pola garis epidermal kulit, dengan sistem pertumbuhan saraf yang menunjukkan terdapatnya hubungan pola sidik jari dan otak.

Menurut para ahli, sistem saraf pusat itu terhubungkan dengan bagian-bagian dari otak. Dan otak merupakan pusat semua aktifitas fisik dan mental seseorang. Setiap bagian bagian otak, pada area pre frontal, frontal, occipital, parietal dan temporal mempunyai fungsi-fungsi yang berbeda dan kekuatan (dominansi) yg berbeda pula. Sehingga logis bila pola-pola sidik jari sesorang itu, bisa memanifestasikan kerja dari bagian-bagian otak tersebut.

Namun tentu analisa sidik jari hanya terbatas mengetahui potensi, bakat, kepribadian dasarnya sedangkan pengaruh lingkungan dan pendidikan juga akan menentukan karakter seseorang. Paling tidak dengan mengetahui bakatnya, kita dapat mengarahkan secara lebih baik agar maksimal dalam pencapaian tujuan. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki bakat seni tentu akan lebih baik jika diarahkan ke seni daripada diarahkan menjadi ilmuwan karena tentunya dari segi biaya, usaha akan lebih efektif dan efisien.


4. Zhai Guijun, dalam makalahnya Report on Study of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification, Beijing Oriental KeAo Human Intelligence Potential Research Institute Zhengzhou DongFangZhou Intelligence Measurement & Consultation Research Center Wuhan University Oriental Intelligence Research & Test Center, yang dipublikasi pada 15 april 2006.

Berikut kutipan pernyataan yang dibuat oleh Zhai Guijun dalam makalahnya :

I started to study the correlation of dermatoglyph (fingerprints) and human intelligence in

1988. Through 19-year continuous efforts, I have established a preliminary systematic method for intelligence measurement through Dermatoglyphic identification. I have successively made study, measurement and sampling of over 40 thousand people in 25 regions of China, and gradually improved the practice and theory of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification, as well as made it highly reliable and effective.

The method of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification passed the Science and Technology Achievement Appraisal (YKYCZ9212) by Henan Academy of Sciences on October 4, 1992,  and also passed the demonstration jointly presided by the Genetics Society of China, the Working Committee for Popular Science Activities under China Psychological Society, and the Working Committee for Health Care of Women and Children under China International Exchange and Promotive Association for Medical and Health Care (CPAM) on April 15, 2006.

Zhai Guijun mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan sidik jari dalam penelitian ini hasil yang ia peroleh relatif konsisten dengan angka reliabilitas 0.798, 0.725, 0.840, dan 0.381 dengan melakukan pengukuran pada anak-anak sekolah dasar. Validitasnya adalah 0.995.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini :

The study on multivariate intelligence measurement through dermatoglyphic identification (finger print) makes physiological and physical measurement of human intelligence possible.It is most likely an easily workable and accurate intelligence measurement before people can make precise determination of human intelligence from gene level.

It is possible to become the latest generation of intelligence measurement methods in succession to "Assessment Scale". Multivariate intelligence measurement through dermatoglyphic identification is capable to accurately identify the intelligence difference and personality difference of individuals. Therefore it may be used by schools or institutions in making appropriate selection of different talents. Dermatoglyph is the external existence of human genes and brains, and may also be considered as a representation of DNA sequence.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan Zhai Guijun, finger print analysis dapat dijadikan sebagai salah satu metode untuk mengukur potensi yang dimiliki oleh individu.


5. Ilmuwan Rusia meneliti sidik jari dan kaitannya dengan memilih profesi/pekerjaan, bisa dibaca http://strf.ru/science.aspx?CatalogId=222&d_no=21114


6. Publikasi ilmiah kaitan sidik jari dan otak sehingga berpengaruh pada perilaku. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10097430


7. Menurut Sunday Times, ilmuwan beberapa dari Barcelona University mempelajari sidik jari ratusan siswa dan menyimpulkan bahwa sidik jari mencerminkan kecerdasan. Secara intelektual orang cacat biasanya memiliki sidik jari yang secara substansial berbeda dengan orang normal.

Ilmuwan menemukan bahwa di antara ratusan siswa belajar, anak-anak cacat intelektual memiliki sidik jari yang memiliki lengkungan lebih dan pola melingkar. Selain itu, cetakan sawit mereka memiliki pola yang lebih normal daripada rekan-rekan normal mereka. Para ilmuwan berkomentar bahwa bubungan Simian ditemukan di telapak yang paling berhubungan dengan kecerdasan seseorang.

8. Thesis mengenai kaitan sidik jari dengan kelainan perilaku dari Prof.Thomas Fogle dari biology department at Saint’s Mary’s College, Notre Dame, Indiana, the United States berjudul Using Dermato­glyphics From Down Syndrome And Class Populations To Study The Genetics Of A Complex Trait. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar